Wednesday, May 2, 2012

Taman Nasional Laiwangi Wanggameti

TAMAN NASIONAL LAIWANGI WANGGAMETI (TNLW) berasal dari kelompok hutan lindung laiwangi wanggameti yakni RTK 50. berdsarkan TGHK tahun 1983 melalui SK. Menhut No. 84/Kpts-II/1983 RTK 50 ini merupakan kawasan hutan tetap di sumba dengan luas 42.567 Ha. Kemudian tahun 1998 berdasaran SK Menhutbun No. 576/KPTS-II/1998, RTK 50 ini ditunjuk sebagai TNLW dengan luas 47.014 Ha, dimana di dalam kawasan terdapat dua desa yakni desa Ramuk dan desa Katikuwai.
Secara keseluruhan kawasan TNLW terletak di kabupaten Sumba Timur dan secara geografis dibatasi oleh : Sebelah utara : Desa Wanggameti, Katikuwai (kec. Matawai Lapau) Sebelah selata : desa Nggongi (Kec. Karera), Desa Praimadita, Lailunggi, Wanggabewa, Wahang (Kec. Pinupahar) Sebelah barat : Desa Praing Kareha, Billa, Waikanabu, Wudipandak (Kec. Tabundung) Sebelah Timur : Desa Nangga, Tadulajangga (Kec. Karera) Secara administratif pemerintahan, kawasan TNLW termasuk kedalam wilayah administratif pemerintahan Kb. Sum-Tim. Pada tingkat kecamatan dan Desa terdapat 4 Kecamatan dan 16 Desa Secara astronomis terletak diantara 1200 03’ sampai dengan 120 19’ bujur timur dan diantara 9 57’ samapai dengan 10 11’ lintang selatan. Kawasan Wanggameti dengan topografi didominasi oleh perbukitan curam berkisar 6-60 % dengan bagian lantai hutan sedikit terbuka dan penutupan pohon sedikit rapat. Secara penampakan (physiognomi) dapat diklasifikasikan sebagai hutan hujan dengan hutan elfin pada daerah ketinggian dan hutan sekunder yang merupakan transisi antara hutan primer dan hutan savana, pertanian yang ditinggal cukup lama (lahan kering dan desa). Secara umum tipe ekosistem di Taman Nasional Laiwanggi-Wanggameti meliputi hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim dengan tropika kering dan hutan hujan dataran rendah hingga hujan hujan pegunungan. Keadaan curah hujan di sekitar kawasan Laiwanggi-Wanggameti berkisar antara 100-500 mm. Berdasarkan sistem klasifikasi Schmidth-Fergusson kawas¬an hutan Wanggameti termasuk daerah beriklim agak basah dengan kelembaban sekitar 71 %.
Kawasan TN. Laiwanggi-Wanggameti merupakan daerah resapan air utama dan pemasok bagi pengairan lahan pertanian dan sumber air bersih untuk kota Waingapu. Kawasan TN. Laiwanggi-Wanggameti mencakup dua daerah aliran sungai yaitu DAS Kambaniru dan Sub das Nggongi. Sungai yang Berasal dari TN. Laiwanggi-Wanggameti : 1. Luku Rita (bersambung dengan Luku Kambera dengan anak sungai Luku Laihiu dan Luku Laimapa 2. Luku Ramuk 3. Luku Kaladak 4. Luku Watumbaka 5. Luku Watumbelar (anak sungai : Luku Rindi dan Luku Pinduwatu 6. Luku Latanga 7. Luku Patawang 8. Luku Melolo 9. Luku Baing 10. Luku Bokul 11. Luku Watumbelar 12. Luku Katubur 13. Luku Nggongi 14. Luku Pahulu Bandil Taman Nasional Laiwanggi-Wanggameti sebagai daerah pemasok air utama untuk wilayah Sumba Timur, terutama dalam mengairi sawah irigasi, lahan pertanian intensif, kebutuhan air bersih untuk wilayah Waingapu dan sekitarnya. Untuk itu perlu kebijakan dan pengelolaan terpadu dalam pemanfaatan Taman Nasional sebagai aset daerah Sumba Timur yang perlu dilestarikan keberadaan, baik kondisi hutan beserta isinya juga keikutsertaan masyarakat setempat dalam melestarikan kawasan tersebut. Berdasarkan peta kelas lereng pulau sumba Skala 1 : 500.000, Kawasan TNLW termasuk dalam kelas lereng 3 yaitu agak curam (15 – 25 %), kelas lereng 4 yaitu curam (25 – 45%) dan kelas lereng 5 yaitu sangat curam (≥ 45%). Bukit tertinggi yang terdapat dalam kawasan TNLW adalah Wanggameti (1225 m dpl) Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sumba terbagi menjadi beberapa strata yaitu strata ningrat, dan strata ata (masyarakat biasa). Aktivitas ke dua strata ini dalm komunitas masyarakat sumba timur terjalin dalam ikatan kabihu yang menggambarkan keeratan tatanan adat khususnya dalam acara-acara sakral seperti : Upacara Kematian, Acara Pesta Perkawinan dan urunan gotong royong dalam kerabat-keabat keluarga. Kondisi Masyarakat sekitar kawasan relatif miskin karena terbatasnya lahan arable, kekurangan modal, ketebatasan akses ke teknologi, keterbatasan sarana air untuk mengairi lahan, serta musim kering yang cukup panjang hampir 8 bulan dalam setahun.
Sumber : Balai Taman Nasional Laiwangi wanggameti. 2012

No comments: